Halo Sahabat Onlineku! Selamat datang di ajsport.ca! Senang sekali bisa berbagi informasi yang bermanfaat dengan kalian semua. Kali ini, kita akan membahas topik yang cukup sensitif namun penting, yaitu "Batas Usia Hamil Menurut Islam". Mungkin banyak dari kalian yang penasaran, bertanya-tanya, atau bahkan memiliki kekhawatiran terkait hal ini. Jangan khawatir, kita akan membahasnya secara santai dan komprehensif.
Dalam artikel ini, kita tidak hanya akan membahas batasan usia hamil secara tekstual dari sudut pandang Islam, tetapi juga akan mengulasnya dari berbagai aspek. Mulai dari pandangan ulama, implikasi medis, hingga pertimbangan sosial yang relevan. Tujuannya adalah agar kalian, para pembaca, mendapatkan pemahaman yang utuh dan bisa mengambil keputusan yang bijak sesuai dengan keyakinan dan kondisi masing-masing.
Ingat, informasi yang kami sajikan di sini bersifat informatif dan edukatif. Kami tidak menggurui atau menghakimi. Setiap individu memiliki hak untuk memilih dan menjalani kehidupannya sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dianut. Jadi, mari kita simak bersama pembahasan tentang "Batas Usia Hamil Menurut Islam" ini dengan pikiran terbuka dan hati yang lapang.
Memahami Konsep Usia dalam Islam dan Kaitannya dengan Kehamilan
Usia Baligh: Titik Awal Pertimbangan Kehamilan
Dalam Islam, konsep usia baligh atau dewasa merupakan titik awal penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal pernikahan dan kehamilan. Usia baligh ini menandakan seseorang telah dianggap mampu bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya sendiri. Secara umum, usia baligh bagi perempuan ditandai dengan menstruasi pertama, sedangkan bagi laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Namun, penentuan usia baligh ini bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi fisik dan lingkungan masing-masing individu. Ada ulama yang berpendapat bahwa usia baligh minimal bagi perempuan adalah 9 tahun Hijriah, sementara yang lain berpendapat 12 atau 15 tahun Hijriah. Yang pasti, kemampuan fisik dan mental untuk memikul tanggung jawab merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan.
Lalu, bagaimana kaitannya dengan kehamilan? Secara fiqih, perempuan yang sudah baligh dianggap sah untuk menikah dan memiliki anak. Namun, perlu diingat bahwa kesehatan fisik dan mental juga merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Kehamilan di usia yang terlalu muda (di bawah 18 tahun) berisiko tinggi bagi kesehatan ibu dan bayi.
Usia Ideal untuk Hamil dalam Islam: Pertimbangan Kesehatan dan Sosial
Meskipun Islam tidak menetapkan batasan usia maksimal untuk hamil, namun terdapat anjuran dan pertimbangan yang perlu diperhatikan terkait kesehatan dan sosial. Para ulama sepakat bahwa usia ideal untuk hamil adalah usia yang memungkinkan perempuan memiliki kesehatan fisik dan mental yang optimal untuk mengandung, melahirkan, dan merawat anak.
Dari sudut pandang medis, usia ideal untuk hamil adalah antara 20 hingga 35 tahun. Pada usia ini, organ reproduksi perempuan sudah matang dan risiko komplikasi kehamilan relatif lebih rendah. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kondisi yang berbeda-beda, sehingga konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan usia yang paling tepat.
Selain kesehatan, pertimbangan sosial juga perlu diperhatikan. Kesiapan mental dan finansial untuk menjadi orang tua merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Membesarkan anak membutuhkan tanggung jawab yang besar, sehingga pastikan Anda sudah siap secara mental, emosional, dan finansial sebelum memutuskan untuk hamil.
Usia Lanjut dan Kehamilan: Pandangan Islam dan Perkembangan Medis
Semakin majunya ilmu kedokteran, semakin banyak perempuan yang bisa hamil di usia yang lebih lanjut (di atas 35 tahun). Meskipun Islam tidak melarang kehamilan di usia lanjut, namun perlu diingat bahwa risiko komplikasi kehamilan akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
Beberapa risiko komplikasi kehamilan di usia lanjut antara lain: peningkatan risiko keguguran, kelahiran prematur, diabetes gestasional, hipertensi gestasional, dan kelainan kromosom pada bayi. Oleh karena itu, perempuan yang ingin hamil di usia lanjut perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Dalam Islam, keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi merupakan prioritas utama. Jika kehamilan berisiko tinggi bagi kesehatan ibu atau bayi, maka Islam memperbolehkan untuk melakukan tindakan medis yang diperlukan, termasuk menghentikan kehamilan jika memang sangat diperlukan.
Implikasi Medis dari Batas Usia Hamil: Fakta dan Risiko
Kehamilan di Usia Terlalu Muda: Bahaya dan Dampaknya
Kehamilan di usia yang terlalu muda, atau kehamilan remaja, memiliki risiko yang sangat tinggi bagi kesehatan ibu dan bayi. Secara fisik, organ reproduksi remaja belum matang sepenuhnya, sehingga lebih rentan mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia, preeklamsia, dan persalinan prematur.
Selain itu, kehamilan remaja juga seringkali menimbulkan masalah psikologis dan sosial. Remaja yang hamil biasanya belum siap secara mental dan emosional untuk menjadi orang tua. Mereka juga seringkali mengalami stigma dan diskriminasi dari masyarakat, yang dapat menyebabkan depresi dan masalah kesehatan mental lainnya.
Dampak kehamilan remaja juga sangat besar bagi perkembangan bayi. Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja cenderung memiliki berat badan lahir rendah, rentan terhadap penyakit, dan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu remaja juga cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan risiko kemiskinan yang lebih tinggi.
Kehamilan di Usia Lanjut: Tantangan dan Solusi
Kehamilan di usia lanjut juga memiliki tantangan tersendiri. Seiring bertambahnya usia, kualitas sel telur perempuan akan menurun, sehingga meningkatkan risiko kelainan kromosom pada bayi, seperti Down syndrome. Selain itu, perempuan yang hamil di usia lanjut juga lebih rentan mengalami komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional, hipertensi gestasional, dan plasenta previa.
Namun, dengan kemajuan ilmu kedokteran, banyak perempuan yang bisa hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat di usia yang lebih lanjut. Pemeriksaan kehamilan secara rutin dan penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko komplikasi kehamilan. Teknologi bayi tabung (IVF) juga dapat membantu perempuan yang sulit hamil karena masalah kesuburan yang berkaitan dengan usia.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kondisi yang berbeda-beda. Konsultasi dengan dokter kandungan sangat penting untuk mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.
Pemeriksaan Kehamilan dan Peran Pentingnya dalam Mendeteksi Risiko
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) merupakan bagian penting dari perawatan kehamilan. Melalui pemeriksaan kehamilan, dokter dapat memantau kesehatan ibu dan bayi, mendeteksi dini potensi masalah, dan memberikan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi.
Pemeriksaan kehamilan meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (seperti pemeriksaan darah dan urine), dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mendeteksi adanya anemia, diabetes gestasional, hipertensi gestasional, infeksi, kelainan plasenta, dan kelainan pada bayi.
Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, ibu hamil dapat merasa lebih tenang dan yakin bahwa kehamilannya berjalan dengan baik. Pemeriksaan kehamilan juga memberikan kesempatan bagi ibu hamil untuk bertanya dan berdiskusi dengan dokter tentang berbagai hal terkait kehamilan dan persalinan.
Pandangan Ulama tentang Batas Usia Hamil dalam Islam
Ijma’ Ulama: Tidak Ada Batasan Usia Maksimal Hamil yang Mutlak
Secara umum, para ulama sepakat (ijma’) bahwa tidak ada batasan usia maksimal hamil yang mutlak dalam Islam. Artinya, seorang perempuan diperbolehkan hamil selama ia masih mampu secara fisik dan mental, dan tidak membahayakan kesehatan dirinya maupun bayi yang dikandungnya.
Namun, perlu diingat bahwa pandangan ulama ini didasarkan pada kondisi kesehatan dan kemampuan fisik perempuan pada zaman dahulu. Dengan perkembangan ilmu kedokteran modern, banyak perempuan yang bisa hamil dan melahirkan dengan selamat di usia yang lebih lanjut, meskipun dengan risiko yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan pandangan ulama ini dengan bijak dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan perkembangan ilmu kedokteran modern. Konsultasi dengan dokter kandungan sangat penting untuk mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat.
Pendapat Ulama Kontemporer tentang Kehamilan di Usia Lanjut
Ulama kontemporer memberikan pandangan yang lebih fleksibel tentang kehamilan di usia lanjut. Mereka menekankan pentingnya mempertimbangkan kondisi kesehatan dan risiko yang mungkin terjadi. Jika kehamilan berisiko tinggi bagi kesehatan ibu atau bayi, maka ulama memperbolehkan untuk melakukan tindakan medis yang diperlukan, termasuk menghentikan kehamilan jika memang sangat diperlukan.
Beberapa ulama juga berpendapat bahwa kehamilan di usia lanjut sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dengan persetujuan suami. Selain itu, penting juga untuk mempersiapkan diri secara fisik, mental, dan finansial untuk menghadapi tantangan menjadi orang tua di usia yang lebih lanjut.
Yang terpenting adalah niat yang baik untuk memiliki anak yang saleh dan salehah, serta berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Istihsan: Mengutamakan Kemaslahatan dalam Keputusan Kehamilan
Dalam Islam, terdapat prinsip istihsan, yaitu mengutamakan kemaslahatan atau kebaikan dalam mengambil keputusan. Dalam konteks kehamilan, prinsip ini dapat digunakan untuk mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan kehamilan, seperti kesehatan ibu dan bayi, kemampuan finansial, dan dukungan sosial.
Jika kehamilan berisiko tinggi bagi kesehatan ibu atau bayi, maka menghentikan kehamilan dapat dianggap sebagai tindakan istihsan untuk mencegah bahaya yang lebih besar. Namun, keputusan ini harus diambil dengan pertimbangan yang matang dan dengan persetujuan dokter dan suami.
Prinsip istihsan juga dapat digunakan untuk mempertimbangkan waktu yang tepat untuk hamil. Jika seorang perempuan merasa belum siap secara fisik, mental, atau finansial untuk menjadi orang tua, maka menunda kehamilan dapat dianggap sebagai tindakan istihsan untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Pertimbangan Etika dan Moral dalam Batas Usia Hamil
Hak Reproduksi Perempuan: Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab
Dalam Islam, perempuan memiliki hak untuk menentukan apakah ingin memiliki anak atau tidak. Hak ini dikenal sebagai hak reproduksi. Namun, hak ini tidak bersifat mutlak. Perempuan juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesehatan dirinya dan bayi yang dikandungnya.
Kebebasan untuk memilih harus diimbangi dengan tanggung jawab untuk mempersiapkan diri dengan baik dan mengambil keputusan yang bijak. Jika kehamilan berisiko tinggi bagi kesehatan ibu atau bayi, maka perempuan memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan risiko tersebut dan mengambil keputusan yang terbaik.
Dalam hal ini, konsultasi dengan dokter dan suami sangat penting untuk mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat. Keputusan tentang kehamilan harus diambil dengan pertimbangan yang matang dan dengan niat yang baik untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Aborsi dalam Islam: Kondisi yang Membolehkan dan yang Dilarang
Aborsi merupakan topik yang sangat sensitif dan kontroversial dalam Islam. Secara umum, aborsi dilarang dalam Islam, karena dianggap sebagai tindakan menghilangkan nyawa manusia. Namun, terdapat beberapa kondisi yang membolehkan aborsi, yaitu jika kehamilan mengancam nyawa ibu.
Dalam kondisi ini, aborsi diperbolehkan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Namun, perlu diingat bahwa aborsi hanya diperbolehkan jika tidak ada alternatif lain untuk menyelamatkan nyawa ibu. Jika ada cara lain untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melakukan aborsi, maka aborsi tidak diperbolehkan.
Selain itu, beberapa ulama juga memperbolehkan aborsi jika janin mengalami kelainan yang sangat parah dan tidak mungkin bertahan hidup setelah dilahirkan. Namun, keputusan ini harus diambil dengan pertimbangan yang matang dan dengan persetujuan dokter dan suami.
Etika dalam Penggunaan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB)
Teknologi reproduksi berbantu (TRB) seperti bayi tabung (IVF) semakin banyak digunakan untuk membantu pasangan yang sulit hamil. Namun, penggunaan TRB juga menimbulkan beberapa pertanyaan etika. Salah satunya adalah tentang status anak yang dilahirkan melalui TRB.
Dalam Islam, anak yang dilahirkan melalui TRB tetap dianggap sebagai anak sah dari pasangan yang melakukan TRB. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan TRB harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Misalnya, sperma dan sel telur yang digunakan harus berasal dari pasangan suami istri yang sah.
Selain itu, perlu juga diperhatikan tentang kemungkinan terjadinya kehamilan ganda atau kehamilan dengan banyak janin (multiple pregnancy) akibat TRB. Kehamilan ganda memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan tunggal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk melakukan TRB.
Kelebihan dan Kekurangan Batas Usia Hamil Menurut Islam
Kelebihan
- Tidak Membatasi Hak Reproduksi: Islam tidak secara ketat membatasi usia maksimal kehamilan, memberikan kebebasan bagi perempuan untuk merencanakan kehamilan sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan mereka. Hal ini menghormati hak reproduksi perempuan.
- Fleksibilitas dengan Kondisi Individu: Islam memberikan fleksibilitas dalam mempertimbangkan usia kehamilan, dengan menekankan pentingnya konsultasi medis dan pertimbangan kondisi kesehatan individu. Ini memungkinkan perempuan untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan situasi mereka.
- Mengutamakan Kesehatan Ibu dan Anak: Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak. Pertimbangan ini menjadi landasan utama dalam menentukan apakah kehamilan pada usia tertentu diperbolehkan atau tidak. Prioritas ini memastikan keselamatan dan kesejahteraan keduanya.
- Panduan Etis dalam Penggunaan TRB: Islam memberikan panduan etis dalam penggunaan teknologi reproduksi berbantu seperti bayi tabung (IVF), memastikan bahwa praktik-praktik tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tidak melanggar norma-norma agama.
- Adanya Prinsip Istihsan: Prinsip istihsan memungkinkan pengambilan keputusan yang mengutamakan kemaslahatan atau kebaikan dalam situasi kehamilan yang kompleks. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan risiko yang mungkin timbul.
Kekurangan
- Kurangnya Batasan yang Jelas: Tidak adanya batasan usia maksimal yang jelas dapat menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi sebagian perempuan yang ingin merencanakan kehamilan di usia yang lebih lanjut. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian dan kesulitan dalam pengambilan keputusan.
- Potensi Risiko Kesehatan yang Tinggi: Kehamilan di usia lanjut memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi bagi ibu dan bayi. Tanpa pemahaman yang memadai dan konsultasi medis yang tepat, perempuan mungkin tidak menyadari potensi bahaya yang mengintai.
- Interpretasi yang Berbeda-beda: Pandangan ulama tentang batas usia hamil dapat bervariasi, yang dapat menyebabkan perbedaan pendapat dan kebingungan di kalangan umat Islam. Hal ini menuntut pemahaman yang mendalam dan kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama dengan bijak.
- Tekanan Sosial dan Budaya: Perempuan mungkin mengalami tekanan sosial dan budaya untuk hamil di usia tertentu, yang dapat bertentangan dengan kondisi kesehatan dan kemampuan mereka. Tekanan ini dapat memengaruhi keputusan kehamilan dan menyebabkan stres dan kecemasan.
- Kurangnya Informasi yang Tersedia: Informasi tentang batas usia hamil menurut Islam dan implikasi medisnya mungkin kurang tersedia atau tidak mudah diakses oleh sebagian perempuan. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dan terinformasi.
Tabel: Ringkasan Batas Usia Hamil Menurut Islam dan Pertimbangan Medis
Aspek | Batas Usia Hamil Menurut Islam | Pertimbangan Medis |
---|---|---|
Usia Minimal | Usia baligh (ditandai dengan menstruasi pertama) | Usia ideal untuk hamil adalah antara 20 hingga 35 tahun. Kehamilan di bawah usia 18 tahun berisiko tinggi bagi kesehatan ibu dan bayi. |
Usia Maksimal | Tidak ada batasan usia maksimal yang mutlak. | Kehamilan di atas usia 35 tahun memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi, seperti peningkatan risiko keguguran, kelahiran prematur, diabetes gestasional, hipertensi gestasional, dan kelainan kromosom pada bayi. |
Faktor yang Dipertimbangkan | Kesehatan fisik dan mental perempuan, kemampuan finansial, dukungan sosial, niat yang baik untuk memiliki anak yang saleh dan salehah. | Kondisi kesehatan ibu, riwayat kesehatan keluarga, hasil pemeriksaan kehamilan, risiko komplikasi kehamilan, ketersediaan teknologi reproduksi berbantu (TRB). |
Pandangan Ulama | Tidak ada batasan usia maksimal yang mutlak. Pentingnya mempertimbangkan kondisi kesehatan dan risiko yang mungkin terjadi. Kehamilan di usia lanjut sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dengan persetujuan suami. | Konsultasi dengan dokter kandungan sangat penting untuk mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat. Pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat membantu mendeteksi dini potensi masalah dan mencegah komplikasi. Teknologi bayi tabung (IVF) dapat membantu perempuan yang sulit hamil karena masalah kesuburan yang berkaitan dengan usia. |
Etika dan Moral | Hak reproduksi perempuan, tanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri dan bayi, aborsi hanya diperbolehkan jika mengancam nyawa ibu, penggunaan TRB harus sesuai dengan syariat Islam. | Menjaga keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi merupakan prioritas utama. Konsultasi dengan dokter dan suami sangat penting untuk mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat. Keputusan tentang kehamilan harus diambil dengan pertimbangan yang matang dan dengan niat yang baik untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. |
Tindakan Jika Kehamilan Berisiko Tinggi | Islam memperbolehkan untuk melakukan tindakan medis yang diperlukan, termasuk menghentikan kehamilan jika memang sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. | Pemeriksaan kehamilan secara rutin, penanganan yang tepat untuk mengurangi risiko komplikasi, teknologi bayi tabung (IVF). |
FAQ: Pertanyaan Umum tentang Batas Usia Hamil Menurut Islam
- Apakah ada batasan usia minimal untuk hamil dalam Islam?
- Ya, usia minimal untuk hamil dalam Islam adalah usia baligh, yang ditandai dengan menstruasi pertama pada perempuan.
- Apakah ada batasan usia maksimal untuk hamil dalam Islam?
- Tidak ada batasan usia maksimal yang mutlak dalam Islam.
- Apa saja faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum hamil di usia lanjut?
- Kesehatan fisik dan mental, kemampuan finansial, dukungan sosial, dan risiko komplikasi kehamilan.
- Apakah aborsi diperbolehkan dalam Islam?
- Aborsi hanya diperbolehkan jika kehamilan mengancam nyawa ibu.
- Bagaimana pandangan Islam tentang bayi tabung (IVF)?
- Bayi tabung diperbolehkan asalkan sperma dan sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah.
- Apa saja risiko kehamilan di usia terlalu muda?
- Anemia, preeklamsia, persalinan prematur, masalah psikologis dan sosial, serta dampak negatif bagi perkembangan bayi.
- Apa saja risiko kehamilan di usia lanjut?
- Peningkatan risiko keguguran, kelahiran prematur, diabetes gestasional, hipertensi gestasional, dan kelainan kromosom pada bayi.
- Seberapa penting pemeriksaan kehamilan?
- Sangat penting untuk memantau kesehatan ibu dan bayi, mendeteksi dini potensi masalah, dan mencegah komplikasi.
- Bagaimana cara menjaga kesehatan selama kehamilan?
- Mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, olahraga teratur, dan menghindari rokok dan alkohol.
- Apa itu prinsip istihsan dalam Islam?
- Prinsip mengutamakan kemaslahatan atau kebaikan dalam mengambil keputusan.
- Siapa yang harus diajak berkonsultasi sebelum memutuskan untuk hamil?
- Dokter kandungan dan suami.
- Apa yang harus dilakukan jika kehamilan berisiko tinggi?
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, mengikuti saran dokter, dan mempersiapkan diri secara mental dan emosional.
- Bagaimana cara mempersiapkan diri secara finansial sebelum memiliki anak?
- Membuat anggaran, menabung, dan mencari informasi tentang biaya persalinan dan perawatan anak.
Kesimpulan dan Penutup
Sahabat Onlineku, semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang "Batas Usia Hamil Menurut Islam". Ingat, setiap individu memiliki kondisi dan keyakinan yang berbeda-beda. Informasi yang kami sajikan di sini bersifat informatif dan edukatif, bukan menggurui atau menghakimi.
Keputusan tentang kehamilan adalah keputusan yang sangat pribadi dan harus diambil dengan pertimbangan yang matang. Konsultasikan dengan dokter, suami, dan orang-orang terdekat untuk mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat.
Jangan lupa untuk terus menggali ilmu dan mencari informasi yang bermanfaat. Kunjungi terus ajsport.ca untuk mendapatkan artikel-artikel menarik dan informatif lainnya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!